Mentari mulai lelah menunggu. “Sepertinya
dia akan telat lagi” ucapnya pelan. Sudah waktunya ia pulang, tubuhnya
mulai lemas mengeluarkan setiap tenaga yang ia punya hampir dua belas
jam lamanya.
“Senja, ayo cepat datang. Seperti dahulu waktu kita masih sering bermanja” pinta Mentari dalam hati.
Sudah 10 menit, Awan sudah mulai mengarak menuju rumahnya. Ah, Senja kemana? Kasian Mentari, ia sepertinya sudah mulai lelah membagi biasnya.
“Mungkin 10 menit lagi” gurau Mentari meyakinkan diri.
Dilihatnya sekelilingnya, tak ada Pelangi
yang biasa muncul dikala Senja telat datang. Sudah lama Pelangi absen
sejak Desember mulai mengambil jatah cutinya sampai setahun kedepan.
Mentari mulai lelah, mulai berwarna jingga. Ia hanya mampu terduduk bisu
sambil menunggu. Menunggu datangnya Senja yang belum tiba juga.
“Maaf aku telat” ucap Senja tergesa-gesa.
Mentari tatap tajam mata Senja tanpa
bicara. Senja masih saja terpukau oleh sinar mata jingganya walau sudah
mulai pudar. Senja selalu suka Mentari di sore hari. Pipi merah dan
sinar matanya seperti kanvas lukisan alami yang menciptakan jutaan
inspirasi. Tapi kini pipi Mentari sudah tak memerah lagi, mulai pucat
pasi.
“Tak seindah biasanya, mungkin dia sudah sangat lelah” ujar Senja dalam hati.
Mentari mulai bergerak perlahan,
mendekati Senja yang mulai mendekati posisinya. Mereka semakin dekat
sampai hening tercipta saat Matahari dan Senja berjarak hanya satu centi
saja.
“Aku pamit, mumpung Awan masih berarak. Sampaikan salam untuk Bulan”
Mentari menatap tajam mata Senja sebelum
pergi menjauh. Senja hanya mampu terdiam dalam rindu. Ingin diraihnya
tangan Mentari dan meminta ia untuk tetap disini, membagi sedikit
jingganya lebih lama hingga cerianya mampu memberi warna. Tapi bukan
begitu kodratnya, Mentari harus tetap pulang atau nanti malah dia tak
akan kembali.
Mentari mulai menjauh, memudarkan
cahayanya bersama burung yang juga pulang menuju pantai di Utara. Mereka
nanti membagi arah, Mentari pulang ke Ufuk Barat.
Senja sedih. Senja rindu. Langit pun
membiru. Maka sore ini tak mampu ia torehkan jingga pertanda ceria.
Walau tidak sampai satu jam lagi, ia akan bertemu Bulan sang pujaan
hati.
Singapore, 30 April 2010