Monday, October 1, 2012

Dansa: Al-Tarf, Pyxis dan Aquila

Jatuh 25 dalam bulan hitungan sembilan di terang bintang, satu sudah diam. Berhenti tak lagi berbagi bias dalam malam hening kenaifan. Jatuh tepat dua dalam hitungan tiga puluh di dua puluh empat jam. Lalu sesuatu seperti hilang. Itu dan yang itu.

Dia yang di utara, si mata elang. Bermain dengan air hingga kadang terbang hinggap jauh dari daratan kadar otaknya. Terlalu indah memetik makna setiap daun kata dalam pohon kehidupan. Dia, Aquila.

Dia yang di akhir sana. Si penghangat dua dunia dalam cerah cerianya. Kilas apa dwi warna abu bertemu merah jambu?  Sebut hijau. Si peneduh dalam panas teriknya otot-otot kehendak tiga serpihan cermin di mahkota. Dia, Al-Tarf.

Dia yang sendiri. Menepi. Menyudut. Meredup. Menciut. Tak henti menabung asa gravitasi untuk dekatkan lagi konstelasi trilogi dalam sekat bilik kecil di jendela. Memandang saja, tak lebih dari sekedar merengkuh kanvas putih namun dekil yang telah lama tertutup tirai rasa sungkan. Waktu, si raja, yang kelak mengeksekusi detik bilamana Pyxis berdansa dalam untaian pandirnya……..
_
………. saat masa bisu berselimut rindu luar biasa.

Singapore, 26 September 2010
 
Template by suckmylolly.com - background image by elmer.0