Monday, October 1, 2012

Sexi-Ologi

‘Dia seksi banget ya…’

Kata-kata itu sering saya dengar saat teman-teman saya memuji wanita dengan pakaian terbuka dan pakaian mini. Kata-kata itu juga sering ditujukan untuk wanita yang bertubuh sintal nan semampai sehingga memaksa mata kita menyisir setiap lekuk tubuhnya, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Singkatnya, kata “seksi” biasa ditujukan untuk para wanita dan sayangnya kata-kata itu biasanya mengandung konotasi negatif.

Entah kenapa, kok saya ga setuju ya dengan persepsi itu?
Saya tidak melihat setiap orang yang memakai baju terbuka dan mini itu seksi. Orang yang bertubuh sintal dengan lekukan badan yang menarik juga menurut saya tidak semuanya seksi kok. Apalagi cuma karena ada salah satu bagian tubuhnya yang menonjol, itu tidak menjamin keseksian dimata saya.

Menurut saya, seksi itu aura.

Keseksian itu bisa terlihat di mata saya hanya dengan melihat mata indah seseorang, atau hidungnya atau bibirnya. Bahkan, saya bisa melihat orang itu seksi hanya dengan melihat tulang leher atau tengkuk kepalanya.

Saya punya teman, yang satu perempuan dan yang satu lagi laki-laki. Yang perempuan ini menurut saya tuh seksi sekali. Dia tidak pernah pake baju terbuka, badannya juga kurang tapi dimata saya dia seksi. Entah mengapa, auranya memang  sudah  seksi. Saya pernah mengakui itu ke dirinya dan teman-teman, ternyata semua setuju. Teman saya itu emang seksi, tanpa alasan seronok dia bisa terlihat seksi.

Lain lagi dengan si laki-laki, dimata saya si lelaki ini seksi karena satu alasan, kepintarannya. Saya merasa lelaki yang bisa menyeimbangkan kemampuan belajar dengan kemampuan bersosialisasi itu seksi. Hahaha, aneh ya? Tapi tidak semua cowo yang berkemampuan itu saya bilang seksi. Saya punya banyak teman cowo yang seperti itu, tapi tidak semua terlihat seksi. Saya cuma bisa melihat keseksian di teman saya yang lelaki itu. Aura seksinya kuat sekali. Kalau kita lagi diskusi belajar dan dia menjelaskan subjek diskusi itu, dia terlihat seksi sekali. Cara dia mempertahankan argumen saat dia debat juga seksi. Hahaha, jadi ketawa sendiri saya.  Jangan fikir saya suka sama dia loh, saya cuma suka dengan aura seksinya.

Karena menurut saya seksi itu aura, saya jadi sering mencari aura seksi pada sesuatu, bukan hanya manusia.

Jakarta di malam hari itu terlihat seksi karena gemerlap lampu dan kehidupan malamnya. Tas, sepatu dan aksesoris yang memperindah tubuh seseorang juga bisa jadi terlihat seksi saat orang bisa mengenakannya dengan baik. Menurut saya, sebuah nama juga bisa mengeluarkan aura seksi. Suara juga bisa kan? Suara seseorang kadang bisa membuat dia jadi terlihat seksi.

Selain itu, saya jadi suka memperhatikan orang-orang, saya cari aura seksi mereka.

Saya temukan aura seksi pada teman saya yang berjilbab yang menutup semua lekukan tubuhnya karena kewajiban dari agamanya. Keseksian juga sering saya lihat saat saya  bertemu dengan orang yang sedang berpeluh, letih sehabis bekerja keras mencari uang untuk hidup. Saya temukan aura seksi pada seorang janda yang banting tulang menghidupi ketiga anaknya karena mantan suaminya berhenti menafkahi mereka. Saya temui aura seksi pada seorang Bapak yang mau mengurus anaknya yang masih bayi di malam hari saat istrinya tertidur lelap karena letih mengurus bayinya di siang hari. Saya temui aura seksi pada pria dan wanita pintar yang selalu menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah di tengah kesibukan mereka.

Saya juga pernah menemukan aura seksi pada sebuah tulisan, tulisan itu berani berkata jujur tentang realita kehidupan. Tulisan itu berani berpendapat tentang pikiran si penulis tanpa mengindahkan komentar tulisannya.

Menurut saya, persepi seksi itu tergantung dari bagaimana cara kita melihat sisi keseksian dari seseorang atau sesuatu. Semua kembali kepada diri kita. Sebenarnya saya berharap ada rating “seksi” pada sebuah tulisan, kalo ada, rating itu menduduki peringkat pertama buat saya.



Singapore, 22 Maret 2010.
 
Template by suckmylolly.com - background image by elmer.0