‘Dia seksi banget ya…’
Kata-kata itu sering saya dengar saat
teman-teman saya memuji wanita dengan pakaian terbuka dan pakaian mini.
Kata-kata itu juga sering ditujukan untuk wanita yang bertubuh sintal
nan semampai sehingga memaksa mata kita menyisir setiap lekuk tubuhnya,
dari ujung kepala hingga ujung kaki. Singkatnya, kata “seksi” biasa
ditujukan untuk para wanita dan sayangnya kata-kata itu biasanya
mengandung konotasi negatif.
Entah kenapa, kok saya ga setuju ya dengan persepsi itu?
Saya tidak melihat setiap orang yang
memakai baju terbuka dan mini itu seksi. Orang yang bertubuh sintal
dengan lekukan badan yang menarik juga menurut saya tidak semuanya seksi
kok. Apalagi cuma karena ada salah satu bagian tubuhnya yang menonjol,
itu tidak menjamin keseksian dimata saya.
Menurut saya, seksi itu aura.
Keseksian itu bisa terlihat di mata saya
hanya dengan melihat mata indah seseorang, atau hidungnya atau bibirnya.
Bahkan, saya bisa melihat orang itu seksi hanya dengan melihat tulang
leher atau tengkuk kepalanya.
Saya punya teman, yang satu perempuan dan
yang satu lagi laki-laki. Yang perempuan ini menurut saya tuh seksi
sekali. Dia tidak pernah pake baju terbuka, badannya juga kurang tapi
dimata saya dia seksi. Entah mengapa, auranya memang sudah seksi. Saya
pernah mengakui itu ke dirinya dan teman-teman, ternyata semua setuju.
Teman saya itu emang seksi, tanpa alasan seronok dia bisa terlihat
seksi.
Lain lagi dengan si laki-laki, dimata
saya si lelaki ini seksi karena satu alasan, kepintarannya. Saya merasa
lelaki yang bisa menyeimbangkan kemampuan belajar dengan kemampuan
bersosialisasi itu seksi. Hahaha, aneh ya? Tapi tidak semua cowo yang
berkemampuan itu saya bilang seksi. Saya punya banyak teman cowo yang
seperti itu, tapi tidak semua terlihat seksi. Saya cuma bisa melihat
keseksian di teman saya yang lelaki itu. Aura seksinya kuat sekali.
Kalau kita lagi diskusi belajar dan dia menjelaskan subjek diskusi itu,
dia terlihat seksi sekali. Cara dia mempertahankan argumen saat dia
debat juga seksi. Hahaha, jadi ketawa sendiri saya. Jangan fikir saya
suka sama dia loh, saya cuma suka dengan aura seksinya.
Karena menurut saya seksi itu aura, saya jadi sering mencari aura seksi pada sesuatu, bukan hanya manusia.
Jakarta di malam hari itu terlihat seksi
karena gemerlap lampu dan kehidupan malamnya. Tas, sepatu dan aksesoris
yang memperindah tubuh seseorang juga bisa jadi terlihat seksi saat
orang bisa mengenakannya dengan baik. Menurut saya, sebuah nama juga
bisa mengeluarkan aura seksi. Suara juga bisa kan? Suara seseorang
kadang bisa membuat dia jadi terlihat seksi.
Selain itu, saya jadi suka memperhatikan orang-orang, saya cari aura seksi mereka.
Saya temukan aura seksi pada teman saya
yang berjilbab yang menutup semua lekukan tubuhnya karena kewajiban dari
agamanya. Keseksian juga sering saya lihat saat saya bertemu dengan
orang yang sedang berpeluh, letih sehabis bekerja keras mencari uang
untuk hidup. Saya temukan aura seksi pada seorang janda yang banting
tulang menghidupi ketiga anaknya karena mantan suaminya berhenti
menafkahi mereka. Saya temui aura seksi pada seorang Bapak yang mau
mengurus anaknya yang masih bayi di malam hari saat istrinya tertidur
lelap karena letih mengurus bayinya di siang hari. Saya temui aura seksi
pada pria dan wanita pintar yang selalu menyempatkan diri untuk
menunaikan ibadah di tengah kesibukan mereka.
Saya juga pernah menemukan aura seksi
pada sebuah tulisan, tulisan itu berani berkata jujur tentang realita
kehidupan. Tulisan itu berani berpendapat tentang pikiran si penulis
tanpa mengindahkan komentar tulisannya.
Menurut saya, persepi seksi itu
tergantung dari bagaimana cara kita melihat sisi keseksian dari
seseorang atau sesuatu. Semua kembali kepada diri kita. Sebenarnya saya
berharap ada rating “seksi” pada sebuah tulisan, kalo ada, rating itu
menduduki peringkat pertama buat saya.
Singapore, 22 Maret 2010.