Monday, October 1, 2012

Aurora Dalam Rahasia

Tiba-tiba ada nada yang tergetar dalam besi hitam milik wanita perasa. Pemberitahuan melandasnya sebuah tulang panjang penopang asa yang gagal dalam berfiksi sempurna tapi serasa terlalu ceria untuk menangkap sebuah makna. Lantas ada apel merah yang melaju di gundukan daging dari besi yang membentuk rahang egonya. Landas dan janji tersentuh utuh.



Noah salah merayu jiwa seperti kuntum sepi terbawa angin menyusuri lampu-lampu dan jalangnya sebuah nyata. Hawa pun layaknya liar nekat gadai nilai ruh sendiri sekedar haus jenaka dan penat dalam abu-abu penuh bisu. Jemari bahkan tak bisa bernoda, sekedar getaran dalam sarang di tenggorokan beralih hasil garis merah jambu yang lantas membuat semua memuja indahkan sebuah fatamorgana. Samakah dengan sumbat jiwa dalam aliran nadi? Sama, jelas serupa. Tak beda dengan makhluk porselen kegirangan mereka yang bermani basah.



Big Apple katanya? Lalu mengapa hebat kalau tunduk saja masih bergilir? Terlalu maniskah gilanya bulan? Bukan, apel yang terus parasnya jadi tanya berjanji akan selalu menjadi rahasia. Unggulnya? Korneanya rela menangkap waktu terabadi dalam warna yang terus tumbuh menjadi pohon kata.



Lalu adakah ini semua berarti? Reguk jiwa spasi, kosong namun berarti.

Singapore, 30 May 2010
 
Template by suckmylolly.com - background image by elmer.0