Terisi semua topangan kayu. Satu miliknya tak bertuan.
“Permisi, ada yang duduk disini?”
Tatapan tajam dan raut mengartikan tidak. Maka disitu lalu ada nama yang terucap, untuk sebuah memori.
Singapore Airlines, Singapore - New York, Desember 2008
“Good morning ladies and gentlemen, this is your captain speaking…. Emerald Januardo Ceuster”
Menopang dagu, melihat nafas awan, tergores garis merah jambu di bibir manisnya sebagai tanda ceria.
.
Dover, Februari 2009
“so kiss me and smile for me / tell me that you’ll wait for me / hold me like you’ll never let me go / ’cause I’m living on a jet plane / don’t know when i’ll be back again / oh babe / I have to go”
Kidung yang tersandung dari irama sang pria. Membiarkan wanitanya duduk di meja kayu, memainkan hidung kecilnya, menatap mata sapphire nya, hingga mengecup halus bibir merah jambu.
“Janji untuk menunggu”
dan sang wanita menghasilkan rona. Beranjak dari duduknya, ia landaskan tulang kakinya pada punggung kaki sang pria. Lalu mereka berjalan berhadapan, mencoba perlahan untuk saling berimbang. Putih ceria suasananya bagaikan dunia tertawa untuk tingkah laku mereka dan raja di putaran waktu seperti berdetak sempurna, membiarkan detik berakhir makna.
.
Dover, Mei 2009
” Dearest : Schatzi..
Mentari nila kah pagi ini? Atau hujan sudahkah bernyanyi? Mereka semua riang, melihat Putri Tidurku menyambut hari angka barunya. Jelang harimu dengan doa, nona. Dan aku hanya punya kamera ini untuk bakat matamu yang terlalu luar biasa, menangkap setiap adegan waktu penuh makna dengan ribuan cerita dan membuka seluruh indraku untuk memuja. When you look at me, your sapphire eyes capture me. For the more I go inside, the more there is to see the glimpse of hope.
The world is a birthday cake, so you have to take some some pieces but not too much. Just some pieces but the best and the right ones. Happy birthday, my lady. I love you more each day”
- E -
.
Siloam Hospital, Agustus 2009
“Aurora? Cepat datang ke Jakarta”
.
TPU Menteng Pulo, Agustus 2009
Jelita berkerudung putih beralih biru,
kelabu. Seperti udara yang nian sempit, kilasan tak lagi bergurat rupa
bahagia. Nyanyian Illahi lalu berkumandang hingga awan dalam dindingnya
nampak bak perca. Adakah lalu semesta ikut berduka?
Bersemayam abadi sebuah jiwa dalam
tenangnya. Aliran kasihnya tak pernah berhenti seperti merahnya darah
yang tunai baktinya selesai di kehidupan duniawi. Sesalku hanya satu,
tak ada dalam dekat ragamu saat nafas berhembus sengal. Tidurlah dengan
sempurna, Emerald Januardo Ceuster. Memori tak akan membiarkan nama dan
kasihmu luruh oleh waktu.
.
Singapore, 4 Juni 2010 9:04 am
tegarlah Aurora, masih banyak lagu yang
harus kau nyanyikan di panggung dunia. nyanyikanlah setiap nada dengan
jiwa maka dunia nanti bermakna.